Senin, 02 Agustus 2010

my story jilid 1(pre revisi)...MIRACLE OF LOVE

BAB I: Cerita Bermula….^.^

“Yesss, alhamdulillah nilai aku semester ini bagus dan dapat rata-rata delapan”gumam Annisa berulang-ulang. ”Sepertinya rencanaku untuk pindah kebanjarmasin makin mantap dengan nilai-nilai seperti ini”ucap Anis lagi bersyukur dan optimis. Langsung setelah dia menerima rapor akhir semesternya dia bergegas pulang menemui sang papah untuk mengutarakan keinginannya.

“please yah pah, Anis boleh sekolah keBanjarmasin???”ucap Anissa sekali lagi dengan manja kepapahnya. Mank deh, semenjak kelas 2 SMP, bayangan-bayangan sekolah keibukota provinsi didaerahnya sudah menghiasi benak Annisa semenjak sebulan yang lalu. Apalagi bila dapat menyelesaikan SMP diBanjarmasin(karena Annisa berniat masuk SMA, diSMA diBanjarmasin, maka untuk memudahkan masuk Annisa ingin menyelesaikan kelas 3 SMP nya di SMP diBanjarmasin), maka semakin dekat saja dengan cita-citanya untuk dapat dengan mudah masuk keSMA favoritnya.

Akhirnya setelah beberapa lama Annisa terus-menerus merayu papahnya, akhirnya papahnya luluh juga dengan keinginan anak sulungnya ini. ”Yes!!!”, ucapnya berulang-ulang,”papah memang orang yang paling mengerti dengan Annisa”ucapnya, kali ini sambil mencium kening papahnya.

“Ya sudah, lo gitu kamu harus siap-siap, bukankah tahun ajaran baru tinggal dua minggu lagi, nanti biar papah yang urus kepindahan kamu di Pleihari, dan biar om Pram yang daftarin sekolah kamu, plus ngurus segala keperluan sekolah kamu di Banjarmasin, jadi sana cepetan gih telpon om Pram, biar kepindahan kamu bisa cepat beres!!!”ucap papahnya tegas. ”Sieepp pah!!!”ucap Annisa mantap, sambil tangannya mengikuti gaya hormat anak SD saat upacara bendera(he..he..).

Akhirnya dengan persiapan yang sueperrr cepat ngalahin kereta ekpress dijepang yang kabarnya tercepat didunia(wadooww hiperbola buangett nehh jadinya, he..he..), akhirnya Annisa berhasil terdaftar menjadi siswa salah satu SMP terkemuka diBanjarmasin, yaitu SMPN 6 Banjarmasin. Dan rencananya hari ini Annisa akan bertemu langsung dengan kepala sekolah untuk sedikit mengurus administrasi yang belum lengkap.
Pagi-pagi banget Annisa sudah siap untuk berangkat ketempat dimana calon sekolahnya berada. “oommm Pram, cepetan dong!!!Anis kan udah gak sabar lagi pengen liat gimana ujud sekolah baru Anis!!!”ucap Annisa lantang didepan rumah om Pram. ”Sabar dong Anis, om kan masih beresin perlengkapan om, lagian sekolah baru kamu gak ada beda-bedanya sama sekolah umumnya, ada kelasnya, guru, ruang baca, lab, bla bla......”ucap om pram panjang lebar. ”Udah deh om, dari pada om jadi guru dadakan, kebanyakan penjelasan mending cepetan berangkat yuk!!ujar Annisa asal. ”pluuukkk!!!”sebuah pukulan mendarat dikepala Annisa, ”enak aja, lo ngeledek sekali lagi gak om anterin deh!!”ujar om Pram sok merajuk, “duh segitu aja udah ngambek, gini aja, kalonya om Pram mau nganterin Anis, Anis bawain permen yang buuaannnyyyaakk buuaannngggeettt khusus buat om”ujar Anissa dengan wajah mengiba dengan mata kadang dimerem melek kayak orang kelilipan buat ngerayu omnya yang mukanya mulai kusut sekusut bajunya yang belum sempat disetrika, karena pas mau nyetrika, setrikaannya keburu diambil Anis, acara nyetrikanya pakai lama lagi(soalnya mesti sambil nyanyi-nyanyi dulu sampai paling gak satu album, wadooww itu seh bukan nyanyi, tapi rekaman namanya he..he...),walhasil om Pram pun mesti rela make baju tanpa disetrika terlebih dahulu. “Ya udah buruan naik kemobil, kita berangkat sekarang”ujar om Pram, tanpa dikomando apalagi aba-aba satu dua tiga, secepat kilat Annisa masuk kemobil yang dikendarai om Pram dan secepat kilat pula Annisa sudah duduk manis disebelah om Pram. Tiba-tiba dijalan, hp om Pram berbunyi, terdengar ringtone lagu Oppic yang berjudul Assalamualaikum terlantun,”ya...Pak ada apa??,...oh ya???ya Pak secepatnya saya kesana”, “Nis, keSMP na ntar dulu yah??,tadi bos om nyuruh om kekantor bentar, ada sedikit masalah sama pengiriman barang yang dipesan perusahaan om!!”ujar om Pram, ”oh gak apa-apa om, lo mank lebih penting ya selesain urusan om aja dulu, asal jangan lama-lama yah om!!!”balas Annisa, ”seppp bu...!!!”, balas om lagi, ”akh om neh, apa-apaan seh???”ujar Annisa sambil mendelik lucu. Akhirnya Annisa terpaksa kekantor Om Pram dulu, perusahaan om Pram termasuk perusahaan besar diBanjarmasin, perusahaannya bergerak dalam usaha ekspor dan impor alat-alat kesehatan. Pegawai ditempat om Pram lumayan banyak n juga ramah-ramah, setiap ketemu Annisa para pegawai disana menunjukkan senyum yang selalu mengembang, sampai-sampai Annisa bingung, dikiranya pegawai om Pram mukanya pada diset dengan icon smile semua (he..he...duh Annisa neh mikirnya macam-macam aja). Setelah agak lama menunggu akhirnya urusan om Pram selesai, “yuk nis!!!”kata om Pram mengagetkan Annisa yang asyik terbengong-bengong mengamati kegiatan pegawai-pegawai om Pram, ”duh om neh!!!ngagetin Annis aza, udah yah urusannya om???”tanya Annisa, ”y udah, yuk buruan, ntar keburu kepala sekolahnya ngabur dari sekolah”balas om Pram jenaka, ”kabur???mank na tahanan om neh”ujar annisa sambil senyum-senyum.

Jalan menuju SMPN 6 lumayan jauh juga, kalau dari rumah om Pram, maka harus melewati pasar dan banyak Supermarket dulu, baru setelah itu lurus saja melewati jalan Kol. Sugiono, setelah itu belok kanan kerah jalan A. Yani, lalu berbelok kejalan simpang Ulin, lalu terus saja melewati rumah-rumah penduduk etnis tionghoa dan tempat penjagalan babi, keluar dari jalan itu belok kiri lalu terus saja menyisir jalan veteran dan masuk ke gang simpati, agak berbelok-belok juga, tapi gak jauh dari jalan depan tadi kita akan melihat sebuah gerbang yang tidak terlalu megah, tapi terkesan berwibawa dan tua. Setua sejarah sekolah ini yang banyak makan asam garam betapa sulitnya menciptakan dunia pendidikian yang kondusif diIndonesia hingga berhasil mencetak siswa-siswa berprestasi(kata papahku seh.. he..he..).

Memasuki gerbang SMPN 6 mataku tak henti-hentinya mengagumi keadaan sekolah itu, sebuah lap Basket yang megah, perpustakaan yang besar, kelas-kelas yang jumlahnya sangat banyak, koperasi sekolah yang besar dan lab-lab yang komplit dan bla..bla..lagi yang tidak bisa aku jelasin satu persatu, ya iyalah dibandingkan sekolah yang sekarang, sekolah aku yang lama tidak ada apa-apanya. Jangankan fasilitas sekolah yang lengkap,jumlah ruang kelas saja masih sangat sedikit, kalau ditempat aku dulu jumlah kelas per angkatan hanya 5, kalau disekolah aku yang baru ada delapan per angkatan, apalagi kalau ditambah kelas akselerasi jadi sembilan, apalagi lo dibandingkan fasilitas penunjang lainnya disekolahku yang baru ini, jauh bangettt deh sama sekolah lamaku, jadi gak usah dibanding-bandingin lagi deh yah, habis wajar aja sekolah baruku ini fasilitasnya lengkap karena selain letaknya diibukota provinsi, tapi SMPN 6 ini juga termasuk sekolah percontohan. Gak lama setelah aku terkagum-kagum dengan fisik sekolah baruku, aku dipanggil kepala sekolah untuk mengurus administrasi aku yang masih kurang.

Setelah gak lama berbincang-bincang dengan kepala sekolah SMPN 6 yang baru saja aku ketahui(dari id-card nya)bernama Rahmadi Hubaidy menurutku adalah tipikal guru yang mudah dekat dengan siswanya, beliau bisa menempatkan diri apakah beliau mesti bercanda atau bicara serius, seperti layaknya guru saat menjelaskan pelajaran didepan siswanya. Seperti saat ini, pak Rahmady tampak serius berbicara padaku dan om Pram, dalam kapasitas beliau sebagai kepala sekolah, ”jadi mulai hari Senin nanti nak Annisa bisa mulai sekolah, jangan lupa mengambil kain untuk seragam sekolah, tanda lokasi, tanda kelas, kaus kaki dan rompi sasirangan 1 dikoperasi yang ada disebelah lab Biologi”ujar pak Rahmady. “Iya pak, terimakasih”ujar Annisa pendek namun sopan. Tidak lama setelah berbincang basa basi om Pram dan Annisa pamit pulang. Langsung saja setelah berpamit, om Pram dan Annisa menuju koperasi sekolah untuk mengambil perlengkapan sekolah, seperti baju seragam dan tanda lokasi.

Sepanjang perjalanan Annisa hanya senyum-senyum membayangkan bagaimana kalau dia sudah bersekolah, apakah akan bertemu dengan banyak teman baru atau apa. ”pluukk!”sebuah bantal mendarat dikepala Annisa,”aduuhhh sakit om !”ujar Annisa sambil memijit-mijit kepalanya yang agak sakit karena mendapat hadiah yang tak diharap dari om Pram. ”om neh kenapa seeehhh seenaknya saja melempar bantal, sakit lo om, ntar gimana lo Anis sampai gegar otak,trus gila, om manknya mau tanggung jawab ngobati Anis sampai sembuh”gerutu anis panjang lebar kayak kereta api(tut...tut...he...he..). ”Belum ditimpuk aja kamu sudah gila, jadi sekalian aja ditimpuk kali aja malah sembuh he..he..”ujar om Pram usil,”habis kamunya juga, gak ada yang lucu senyum-senyum sendiri, bahaya tau, salah satu tanda-tanda orang yang syarafnya mulai rusak adalah suka senyum-senyum sendiri, om takutnya kalau-kalau penyakitnya kamu menular ke om, jadi sebelum kamu gila beneran, mending om timpuk duluan he..he..”ujar om Pram ketawa, bahkan sampai ngakak (he..he..aku yang nulis jadi ikut-ikutan ngakak he..he..). Annisa yang disindir begitu Cuma bisa merengut sambil bibirnya dimonyongin kayak ikan arwana kejedot pintu, kepeleset lalu tertelungkup kejalan dengan posisi bibir duluan yang nyentuh tanah (auk deh kayak apa jadi monyongnya tuh bibir he..he...).

Pagi ini Annisa tampak sibuk menyiapkan bukunya dan memasukkannya kedalam tas, lalu menuju meja rias dan memoles sedikit bedak, semestinya hari ini Annisa harus berseragam sekolah panjang lengkap dengan kerudung panjang yang selalu menutupi tubuhnya ynag mungil, tapi berhubung kemarin pas sudah berkeliling SMPN 6 mencari pengumuman ketentuan seragam sekolah, ternyata tidak ada ketentuan untuk siswi yang berjilbab, yang ada hanya 2 lembar pengumuman untuk cowok n cewek yang tampak kedua lengan n roknya (untuk cewek) pendek, mau tanya kepihak sekolah, ternyata para staf administrasi udah pada pulang, tanya sama kepala sekolah juga lupa, pas kepala sekolahnya dicari lagi, pak Rahmady udah gak tampak di keberadaannya tadi. Walhasil hari ini terpaksa Annisa bersekolah tanpa memakai kerudung, walaupun hatinya terasa berat, apalagi pas kemarin ngeliat perjuangan om Pram dan tante Nia yang sudah bela-belain siang-siang yang panas nemenin Annisa cari seragam buat sekolah hari ini, jadinya sekali lagi Annisa hanya bisa nerima keputusan bersekolah tanpa kerudung, walaupun diluar sekolah kerudung tetap dipakai oleh Annisa (tapi jangan ditiru yah teman, hendaknya kita istiqomah kalau sudah berkerudung, itu kata-kata yang kukutip dari pengisi materi LIQO tempat aku, he..he..),”siieep !! Anis udah siap sekolah”ujar Anissa sambil tersenyum-senyum didepan cermin. ”Waduh, penyakit gilanya belum sembuh juga yah??”ujar om Pram iseng pas ngeliat ponakannya itu senyum-senyum sendiri gak jelas. ”Akh om neh apaan seh???”ujar Annisa sambil mendorong omnya keluar kamar dia. ”Dipanggil tante Nia tuh, katanya sarapan dulu!!!”ujar om Pram sambil menarik tangan Annisa dan mengajaknya keluar kamar. Tanpa berlama-lama sarapan, Annisa sudah siap didalam mobil om Pram yang akan membawanya kesekolah barunya. ”Tralala lala betapa bahagianya hatiku...”ucap Annisa sambil bersenandung dalam hati.
Sesampai disekolah Annisa langsung bergegas kekelasnya dikelas 3G,ya itulah kelas barunya, baru masuk kelas, Annisa lansung dikerubungi cewek-cewek.”kamu anak baru yah? Boleh kenalan g? siapa namanya? pindahan dari mana?”ujar salah satu cewek berbadan tinggi dan berwajah khas oriental yang bernama Yennie sambil nyerocos panjang lebar sampai-sampai Annisa bingung mau jawabnya, habis mesti jawab yang mana dulu (kalau dipikir-pikir dia nanya kayak kondektur bis aja, ngomong...terus gak ada titiknya, koma melulu hehe...). “ya aku anak baru, boleh aja koq kenalan. Namaku Annisa Sholehah, tapi kalian bisa panggil aku Anis, aku pindahan dari Pleihari”,ujar Annisa lancar sambil sesekali mengingat-ingat apa aja yang anak tinggi itu tanyain. Akhirnya setelah perkenalan singkat dengan beberapa temen sekelasnya, Annisa mulai merasa cocok dengan temen-teman barunya, paling tidak Annisa sudah mulai akrab dengan lima cewek termasuk Yennie tadi, dan dari perkenalan pula aku tau nama cewek tinggi tadi bernama Yennie Theonardy, teman-temanku yang lain diantaranya Marina, Tiara dll. Tapi perkenalan Annisa dengan temen-temen baru terpaksa ditunda dulu, karena jam tanda masuk sudah berbunyi. Dan jam pertama pelajaran hari ini sebenarnya adalah Bahasa Indonesia, tapi karena baru hari pertama masuk, maka pelajaran diganti dengan perkenalan dengan guru yang merangkap wali kelas kami. Dan ternyata wali kelasku bernama Kariman, yang oleh temen-teman dikelas aku disingkat menjadi paKar (sebenarnya kata-katanya menjadi lebih efisien seh, tapi lo dipikir-pikir bisa bikin tekanan darah pak Kariman naik turun bila disebut gitu, tapi akh kami satu kelas mana peduli, he..he..). berturut-turut pelajaran disekolah aku lewati, tapi hanya perkenalan-perkenalan antara guru dan siswa, maklum baru hari pertama masuk sekolah.
Sepulang sekolah Annisa sudah gak sabar lagi menyambut hari besok, sambil bercerita banyak pada om Pram yang menjemputnya pulang sekolah, sampai-sampai saking pusingnya om Pram ngedenger cerita Annisa yang panjang kayak jalan Tol dan berputar-putar, om Pram sampai-sampai memasang headset MP5 nya dan bersenandung kecil,”ada yang bilang lagi bahagia disekolah, Emang gua pikirin, Ada yang bilang banyak dapat temen disekolah, Emang gua pikirin, kalau dia bilang mau nraktirin makan, hayoo kita langsung makan” kata om Pram sambil terus bersenandung sambil tersenyum kocak kearah keponakannya. Yang disindir jadi malah balas menggelitik pinggang omnya”akh...om Pram neh apaan seh, jelek akh lagunya, gak kreatif!!!”,balas Annisa,”yang gak kreatif tuch sapa??cerita koq mutar-mutar gak jelas gitu!!!”balas om Pram lagi.

BAB II: Mendadak sakit *.*….

Siangnya entah kenapa mendadak badan Annisa panas tinggi, sampai-sampai badannya susah digerakkan, hingga kalau dia ada perlu-perlu walau sekedar ke wc, maka perlu dipapah, om Pram dan tante Nia jadi khawatir sekali sama keadaan Annisa yang mendadak sakit, mereka takut kalau-kalau penyakit step yang dulu sering menyerang Annisa semasa kecil kambuh. Jadinya secepat kilat om Pram dan tante Nia memanggil dokter.”sepertinya keponakan bapak dan ibu ada gejala Tipus, jadi dia gak boleh makan-makanan yang keras dan berserat dulu, sebaiknya hanya makan bubur saja dan dia mesti banyak-banyak istirahat, biar kondisinya cepat pulih”ujar dokter sambil menuliskan resep obat buat Annisa.
“Nah, jadi Anis mulai sekarang harus banyak-banyak istirahat!!”ujar tante Nia lembut sambil membelai rambut panjang Annisa yang tergerai panjang dikasur. ”Wah kalau Anis mesti banyak istirahat, berarti besok Anis gak bisa sekolah dong tante???padahal baru satu hari Anis masuk sekolah”ujar Annisa dengan wajah kecewa. ”Ya mau diapain lagi, inikan buat kebaikan kamu juga, lagian lo kamu banyak istirahat maka kamu cepat sembuh, kalau gak ya sembuhnya juga lambat, mau kamu sekolahnya terganggu cuma gara-gara sakit kamu gak sembuh-sembuh”kata tantenya dengan wajah jenaka. ”Akh tante memang seperti sosok mamah”ujar Annisa dalam hati sesaat setelah tantenya mencium keningnya dan berlalu dari pandangan mata Annisa. ”Duh jadi inget mamah deh!!!”ujar Annisa dengan wajah berkaca, gak terasa bulir-bulir hangat mengalir diantara kedua belah pipinya yang agak cubby dan sekarang bulir-bulir hangat itu kian deras menglir dari kedua bola matanya yang berwarna agak kecoklat-coklatan. ”Mamah Annisa kangen banget sama mamah, mamah Anis lagi sakit neh, udah gak bisa ngapa-ngapain”ucap Annisa sambil sesenggukan. Wajar saja karena sudah sekitar dua minggu ini Annisa sudah tidak bertemu dengan ibundanya tercinta, sejak Annisa memutuskan untuk meneruskan sekolahnya keBanjarmasin, hanya sesekali saja orang dirumahnya menelpon kerumah tantenya, jadi wajar banget lo pas sakit gini Annisa makin inget sama mamahnya, apalagi kalau dirumah, pas Annisa sakit, maka mamahnya lah yang dengan penuh cinta nemenin dia sampai-sampai gak tidur, cuma buat nungguin Annisa yang sakit.
Sambil terus sesenggukan Annisa terpikir sesuatu, “aku jadi pengen bikin puisi spesial buat mamah akh...biar kangen aku kemamah agak terobati”ujar Annisa sambil tangannya meraba-raba meja kamarnya mencari secarik kertas dan bolpoint yang memang selalu dia taruh dimeja kamarnya, kebisaaan Annisa menulis sejak kecil menyebabkan Annisa selalu menyiapkan kertas dan bolpoint kalau-kalau tiba-tiba ide menulisnya muncul. Karena menurut Annisa, kalau ide menulis dia lagi muncul, maka harus cepet-cepet dituangkan dalam bentuk tulisan, ntar idenya ilang lagi, trus lo idenya ilang siapa yang mau tanggung jawab, trus lo dilaporin kepolisi manknya pak polisi mau ngurus laporan aku, ujar Annisa suatu hari dihadapan sahabat-sahabatnya di Pelaihari. Kontan saja teman-temannya semua langsung terbahak-bahkan. Sampai-sampai temannya yang rambutnya dikuncir dua terkikik, dan malah muncul suara mirip suara kuda (wadoowww kumplit dunk, penampilannya udah sama, tambah lengkap dengan suaranya tampak serasi, he..he..apaan seh yah???he..he..).

Akhirnya Annisa menemukan juga kertas dan bolpoint dimeja kamarnya, buru-buru ditulisnya puisi yang sudah tersketsa manis dialam pikirannya sejak tadi (neh contekan puisi Annisa, spesial penulis kasih buat pembaca tapi jangan dikasih tau ke Annisa, ntar dia marah loooo)

BUNDA

SEJAK KUDIKANDUNG KAU TAHAN SAKIT DERITA
SELAMA SEMBILAN BULAN LAMANYA
MENJELANG KELAHIRANKU
BEBAN YANG KAU KANDUNG SEMAKIN BERAT
KARENA NYAWAKU DAN NYAWAMULAH TANGGUNGANNYA

MENJELANGKU TUMBUH DEWASA
AKU SELALU MEMBUAT SUSAH BUNDA
TAPI KASIH SAYANG BUNDA
TIDAK...TIDAK DAN BAHKAN TAKKAN BERKURANG
JASA BELIAU YANG CUKUP BESAR
TIADA TARANYA DIBANDINGKAN
DENGAN HARTA BERNILAI RATUSAN JUTA

BUNDA PERNAH BERKATA
BUNDA TAK PERNAH MEMINTA APA-APA
BUNDA HANYA INGIN
KAU BERBAKTI PADA ORANG TUA
HORMAT PADA YANG TUA
KASIH PADA YANG MUDA
DAN BERPEGANG TEGUHLAH PADA AGAMA
APABILA KAU BISA MELAKSANAKANNYA
BUNDA AKAN SANGAT BAHAGIA
BAGAIKAN HIDUP DISURGA MAYA


Selesai menulis puisi, airmata Annisa malah makin sulit terbendung, malah sekarang kian deras saja mengalir, dan Annisa terus tenggelam dalam kesedihannya sampai-sampai dia ketiduran sambil menangis dengan selembar kertas berisi puisi buatannya yang tergeletak manis disamping badannya. Melihat hal itu tante Nia tersenyum, lalu menyelimuti tubuh Annisa dan meletakkan kertas puisinya diatas meja, dan sempat dibacanya juga puisi yang baru saja ditulis Annisa.”kamu memang anak yang baik Anis, pasti ibumu dirumah sangat bangga dengan kamu”ucap tante Nia sambil tersenyum pada Annisa dan berlalu sambil menutup pintu kamar Annisa dengan pelan, takut kalau-kalau Annisa terbangun.

Setelah beristirahat total kurang lebih tiga hari, akhirnya Annisa dinyatakan sudah bisa bersekolah lagi oleh dokter yang memeriksa dirinya lagi kemarin. ”Cihuy, hari ini bisa sekolah lagi!!”ujar Annisa kegirangan,”tapi tetep seperti kata dokter kemarin, kamu masih gak boleh terlalu capek dulu, karena kondisi kamu belum pulih benar, kita sarapan dulu yuk sebelum kamu sekolah”ajak om Pram sambil mendorong tubuh Annisa menuju ruang makan. ”Duh om jangan dorong-dorong dong, mank nya Anis gerobak apa, pake didorong-dorong segala”sungut Annisa. ”Iya iya gak lagi neh, makanya buruan sarapannya, ntar terlambat lagi kesekolahnya”rayu om Pram biar Annisa gak marah.

Sesampai disekolah, ternyata bel sekolah baru saja berbunyi, dengan langkah tergesa-gesa Annisa menuju kelas 3G. ”Yes!!!untung gurunya belum masuk”ucap Annisa penuh syukur sambil menuju tempat duduknya disebelah seorang cowok berpostur tubuh kecil dan berwajah khas oriental dan dia bernama Yustinus. ”Wah untung kamu masuk sebelum paKar masuk!!”ujar Yustinus. Belum sempat kami ngobrol lama, bapak yang disebut-sebut udah masuk. Langsung kami mengucapkan salam serempak”selamat pagi pak”. ”selamat pagi juga anak-anak”balas pak Kariman dengan senyum mengembang. “oh ya, kamu murid baru itu kan”ujar pak Kariman sambil menoleh kerahku. ”Ya pak, ada apa?”tanyaku penuh selidik. ”Begini nak, rata-rata kelas disekolah ini hanya bisa menampung siswanya sekitar 40 orang, dan murid dikelas ini sudah lebih dari 40 orang minus kamu, jadi menurut pihak sekolah, kamu akan dipindahkan kekelas lain yang jumlah muridnya lebih sedikit, tidak apa-apakan?”tanya pak Kariman penuh wibawa, takut kalau-kalau Annisa kecewa. ”Gak apa-apa koq pak, kalau aturannya memang begitu, saya ikut saja”balas Annisa mantap. ”Ya sudah kalau gitu kamu kemasi barang kamu, kita kekelas 3B, disana jumlah siswanya masih kurang”perintah pak Kariman pada Annisa, ”ya Pak”balas Annisa tak kalah mantap dengan jawabannya pertama.
Lalu Annisa melangkahkan kakinya mengikuti pak Kariman menuju lantai dua, tepat berhadapan dengan tangga lantai dua gedung satu sekolah ini, itulah ruangan kelas 3B. Sesaat setelah melihat kedatangan Annisa, anak-anak 3B langsung heboh, terutama siswa laki-lakinya. ”waduuhh, gak pernah liat cewek yah??”pikir Annisa, ngeliat reaksi anak-anak 3B melihat dia. ”ayo yang cowoknya, ambil bangku dan meja digudang buat murid baru itu”ujar pak Ismet, yang aku ketahui adalah wali kelas 3B. Setelah meja dan kursi buat Annisa sudah diangkat dari gudang, pak Ismet pun mempersilakan Annisa untuk masuk kelas dan duduk dibangku dan meja yang sudah disediakan. Tanpa dikomando untuk yang kedua kalinya Annisa langsung menuju bangku yang sudah disediakan. Bangku disebelahku masih kosong, kata teman-temanku, teman sebangku aku masih liburan dan belum masuk,”ya syukur deh”ucap Annisa, habiskan mana enak duduk sendirian pikirnya dalam hati.

Sepanjang hari Annisa gak berani terlalu lincah seperti saat dia dikelas 3G, maklum disekitar Annisa anak cowok semua, dan dari tadi seperti ada yang selalu mencuri-curi pandang kearah Annisa, geer juga seh, cuma walaupun Annisa anaknya tomboy, tapi karena dia merasa seorang muslimah, wajarlah di
a menjaga sikap selama berada dikomplek bangku yang banyak cowoknya. Bete juga seh Annisa seharian mesti jaim dihadapan teman-temannya, apalagi dari istirahat tadi ada seorang cowok yang berusaha menarik perhatian Annisa. ”apaan seh mereka ini, baru SMP sudah kayak orang dewasa yang lagi kebelet pengen nikah, genit amat”gerutu Annisa kesal. Untungnya ada seorang cewek manis yang ngedeketin dia.”hai!!!”panggilnya,”kamu anak baru kan?kenalin nama aku Aliefiya sari, tapi panggil aja aku Alif or sari, nama kamu siapa?kamu pindahan dari mana?”tanyanya penuh rasa ingin tahu,”oh nama aku Annisa Sholehah, tapi kamu bisa panggil aku Annis aja, ehm..aku pindahan dari pelaihari”jawab Annisa, ”Pelaihari??dimana tuh yah??maklum aku juga baru aja pindah kebanjarmasin, pas kelas 2 kemarin”ujarnya Alif lagi. ”Oh Pelaihari tuh ada diselatan Banjarmasin, dan jaraknya sekitar 40 km dari Banjarmasin”balas Annisa lagi,”oh ya dipelaihari banyak pantainya lho, ada pantai Takisung, pantai Batakan dan pantai Batu lima, kamu pernah kesana gak lif??”ujar Annisa mulai akrab dengan teman barunya ini.”oh ya?? wah aku gak tau, ntar deh aku sekali-sekali kesana sekaligus ketempat kamu yah!”balas Alif. Dan obrolan kami berdua makin seru, sayang bel tanda masuk jam terakhir sudah berbunyi, terpaksa kami mesti kembali kebangku masing-masing dan belajar lagi seperti bisaanya.

Pulang sekolah Annisa langsung cerita ke om Pram tentang kepindahan kelasnya.”trus gimana kelas kamu yang baru, asyik dan betah aja kan kamu dengan temen-temen, guru dan suasana kelas barunya??”tanya om beruntun kayak kereta api(panjanggg banngett, he..he..).”awalnya seh bete om, untung tadi ada anak cewek, dia baik banget kayaknya bisa dijadiin sahabat deh om”ujar Annisa,”bagus dong kalau gitu”balas om Pram dan kembali asyik dengan kemudinya dan berusaha menyalip diantara mobil-mobil dan kendaraan yang sangat padat. Maklum Banjarmasin terkenal sama macetnya kayak Jakarta, walau tidak separah Jakarta. Tapi bagi Annisa sama aja, apalagi lo siang hari, waduh berada ditengah jalan di kota Banjarmasin seakan berada dalam oven aja. Tapi biar begitu banjarmasin masih menunjukkan keindahannya dengan bangunan-bangunan yang megah dan sungai Martapura yang membelah pusat kota, menciptakan keindahan alam tersendiri dibandingkan kota-kota lain di Indonesia.

BAB III: Perkenalan Pertama ^.^….

Besoknya aku datang lebih awal, takut aku lo sampai terlambat lagi kayak kemarin, jadi sudah sejak pagi Annisa sudah duduk manis disebelah kemudi om Pram, om Pram yang melihat tingkah Annisa hanya geleng-geleng melihat semangat Annisa sekolah. Sesampai disekolah kurang lebih 10 menit kemudian bel tanda masuk berbunyi, dan jam pertama masuk adalah pelajaran Ekonomi dengan pengajar ibu Kartini (kata teman-temanku sekolah ini lengkap, ada buKar dan PaKar, awalnya Annisa bingung, tapi sekarang mengerti, hayo yang baca ngerti gak??? He..he..). Dalam mengajar ibu Kartini orangnya sangat tegas apalagi bila ada yang gak ngerti-ngerti, seperti temanku Arnis dan Arie yang dari tadi setiap ditanya bingung terus. “waduh neh guru bikin aku sport jantung aja dari tadi, untung malam tadi udah belajar”ucapku dalam hati. Gak lama ibu Kartini nawarin buku.”ini ada LKS buat pelajaran ekonomi,mau beli atau gak terserah saja, gak wajib lho, ntar dikira ada praktek jual beli yang memberatkan siswa lagi”ucap ibu Kartini masih tegas. “tapi lo mau beli harus bayar dimuka, ada uang ada barang”ujar ibu Kartini kali ini beliau ngomong sambil senyum,”ternyata ibu ini bisa ngelucu juga, walau dari tadi kayaknya sangar banget he..he..”pikirku. Satu persatu murid-murid menuju meja Ibu Kartini untuk membeli buku LKS dan langsung melunasinya, termasuk Annisa, hanya saja Annisa belinya agak belakangan, habis dia takut berjejal dengan siswa cowok. Setelah yang mau beli agak berkurang baru Annisa menuju meja guru,”bu, bukunya satu, harganya berapa??”tanya Annisa sopan, ”Rp 7500 saja”ujar ibu Kartini ramah, “ini uangnya bu”ujar Annisa seraya menyerahkan selembar uang sepuluh ribuan. ”Waduh sebentar yah ibu cari dulu uang kembaliannya”ujar ibu Kartini sambil mencari uang kembalian buat Annisa. Sambil ibu Kartini asyik mencari uang kembalian punya Annisa, seorang anak cowok mendekati meja guru, ”bu, bukunya satu”ujarnya sambil menyerahkan uang nominal yang besarnya sama dengan uang yang diserahkan Annisa. ”Nah kebetulan banget nih uang kembaliannya ibu gabung ma uang kembalian Ryan saja yah!!”ujar ibu kartini sambil menyerahkan uang sebesar lima ribu rupiah kecowok yang baru saja Annisa ketahui namanya Ryan.”uang kembalian punya kamu pas istirahat aja yah aku kasihnya, soalnya aku juga gak punya uang ribuan”ujar cowok itu sambil menatapku.
Dag dig dug jantungku tiba-tiba berdegub pas bertatapan dengan mata cowok tersebut. ”Koq baru hari ini aku lihat dia yah, rasa-rasanya kemarin aku gak lihat dia”ujar Annisa sambil kebingungan mengingat-ingat tentang keberadaan cowok itu sejak kemarin, hasilnya nihil Annisa benar-benar gak tau kalau cowok itu penghuni kelas 3B juga. Sepanjang pelajaran sampai jam istirahat tiba, hati Annisa tak tenang teringat cowok tadi. “pantasan saja dari kemarin aku tidak melihat dia, dia gak kayak cowok-cowok lain dikelasku yang kayak serigala liat mangsa aja lo liat cewek, Ryan sepertinya memang tidak begitu suka menghabiskan waktu menggangu anak-anak cewek, dia lebih suka bercanda gila-gilaan sama temen-temen cowoknya, apalagi kalau di lihat-lihat Ryan ini cukup cakep lagi”ucap Annisa penuh kekaguman, sambil sesekali tersenyum-senyum melihat tingkah Ryan yang melucu dihadapan teman-teman cowoknya. Akh entah kenapa dari tadi Annisa tak pernah bisa lepas untuk memperhatikan cowok satu ini, Ryan memang berbeda. ”Ya Ryan memang beda, aku jadi makin penasaran sama dia”pikir Annisa disepanjang jalan pulang kerumah. Omnya yang heran melihat tingkah Annisa yang dari tadi diam saja,”woi gy ngelamunin apa seh, hati-hati yah anak cewek gak boleh kebanyakan melamun, ntar kesambet jin ifrit deh”ujar om Pram jenaka. ”Apaan seh om neh Anis banyak omong salah, diem juga salah, jadi mesti gimana dunk???”ujar Annisa ketus, ”yee baru disindir gitu aja marah, mank ada apa seh???”tanya om Pram penasaran. ”Akh gak apa-apa koq om, Anis lagi pengen diem aja, mau ngerasain gimana tersiksanya orang yang lagi sakit gigi and sariawan yang terpaksa diam”balas Annisa asal. Om Pram yang ngedenger celotehan keponakannya Cuma bisa terkekeh”he..he..kayaknya kamu selain sekolah mesti ikut kelompok drama khusus komedi”ujar om Pram masih sambil terus ketawa,”udah puas gak ngeledek and ketawanya??,lo masih ketawa lagi neh buku bakal pindah kemuka om”ujar Annisa kesel, walau gak berani juga dia nimpuk omnya yang tersayang neh, ya dosa dong lo gak sopan sama yang lebih tua.

Semalaman Annisa rasanya gak bisa tidur nyenyak, bayangan tentang Ryan menghiasi lamunan Annisa,”Duh...koq bayangan Ryan nongol terus, udah gak pake permisi, eh nongol nya gak bilang2, Annis kan jadinya gak tenang dari tadi, duh masa seh Annis jatuh cinta????, akh Annis kan masih SMP, mana boleh cinta2 an, masih kecil, tapi...lo Cuma sekedar cinta kan memang Anugerah dari Allah SWT, asal jangan disalah artikan cinta itu, jadi....mungkin lo Cuma cinta aja mungkin wajar..., abis gimana bisa gak cinta???orangnya udah pinter, baik, cakep lagee, he..he...”Annisa senyum2 sendiri sambil ngomong.”oh y!!”ujar Annis sambil meraba2 meja kamarnya cari bolpoin n kertas, “wah mesti dituangkan dalam puisi neh he...he...”ujar Annisa lagi dengan senyum yang terus mengembang pertanda dia tengah bahagia. Neh contekan puisi Annisa tertuju spesial buat Ryan:

RASA INI.....

Cinta yang kau bidikkan padaku
Tlah menancap erat direlung hatiku
Membuatku terlena dalam rayumu
Tiap saat bayangmu menyapa
Penuhi seluruh khayal dan lamunku....
Kini....
Cinta dan sayangku makin dalam padamu
Semakinku tak bisa lepas dari cintamu

Kasih jangan pernah
Kau tinggalkan diriku
Apalah aku tanpamu
Bagai malam tanpa bintang
Bagai sayur kurang garam
Kuingin selalu bersamamu
Hanya denganmu, dirimu
Hingga ujung waktu

Selesai menulis puisi tak hentinya Annisa bersenandung, sebuah lagu ten 2 five yang berjudul i will fly melantun manis dihatinya. Hatinya serasa terbang melayang ketaman Firdaus saking bahagianya.

Besoknya temen sebangku Annisa yang baru datang dari liburannya udah masuk sekolah lagi, ternyata teman sebangkunya cowok, namanya Lukman Hakim, untung teman sebangkunya anaknya pendiam gak agresif kayak teman-teman cowoknya yang lain. Sepanjang hari pelajarannya gak ada yang seru, pas jam terakhir yang rame banget, yaitu pelajaran bahasa Inggris dikarenakan gurunya kreatif, karena gak terpaku belajar dengan menjawab soal dengan menulisnya dibuku, tapi dijawab lansung sambil mengacungkan tangan, cara belajar seperti ini sebenarnya lumayan efektif untuk membuat siswa lebih memperhatikan dalam belajar dan berani mengungkapkan pendapatnya dan secara gak sengaja Annisa mengagumi cara mengajar dari guru Bahasa Inggris ini, yang belakangan Annisa ketahui namanya pak Usman, walau sebenarnya Annisa seh gak pinter-pinter banget dalam hal pelajaran bahasa Inggris, tapi melihat semangat teman-temannya dalam menjawab soal-soal yang ada dibuku Bahasa Inggris terutama Ryan, dari tadi Annisa sampai bosen liat Ryan mengacungkan tangan, akhirnya Annisa pun sedikit memberanikan diri untuk ikut menjawab juga. Apalagi Walhasil menurutnya ini adalah pertama kalinya dia merasa menikmati pelajaran bahasa Inggris, karena dulu disekolahnya yang lama Annisa merasa pelajaran bahasa Inggris adalah pelajaran yang sangat membosankan, karena gurunya selalu text book dan tidak ada interaktif antara siswa antara guru dan guru, sehingga membuat suasana kelas sunyi, sesunyi kuburan, dan sudah dipastikan para murid-muridnya juga tengah berjuang mati-matian melawan rasa kantuk yang kelewat gencar serangannya.

Walaupun saat ini aku berada dikelas 3B, tapi aku tetap menjaga persahabatan dengan teman-temanku dikelas 3G dulu, seperti istirahat kali ini, Yennie berteriak dari lantai bawah”Anis, kita jajan kekantin yuukk!!”ucapnya lantang, “ya..tunggu sebentar, mau kumpulin tugas bentar....”ucap Annisa berteriak dari lantai dua. Sesudah urusan tugas-tugasnya sudah kelar, Annisa bergegas menuju ketempat teman-temannya. Setelah melihat Annisa yang turun dari lantai dua, teman-teman Annisa langsung menarik tangannya dan mengajaknya kekantin. “Nis, mahuuu hhiikkuutt lleess bbhiiollogii lhhangshungg ma phakk Etri ghak??”ucap Yennie sambil kepedasan makan sepotong tahu isi. “mank dimana lesnya??n tiap kapan??”tanya Annisa lagi. “ya dishheekoolaah, wwhhaktunya mmhhaasih bbhhelum phaasti”ujar Yennie makin gak jelas, karena dia makin kepedasan, karena temennya iseng numpahin seluruh sambel kepiring Yennie, jadinya suara Yennie kayak orang Spanyol, nyasar keIndonesia, malah singgah keCina(gak jelas banget he..he..).”ntar deh lo gitu, Nisa tanya sama om Nisa dulu yah, nanti Nisa kabari lagi jadi apa gak nya”ujar Annisa.

BAB IV: Kepergian Om dan Tante *.*…..

Siang itu juga Annisa langsung bilang ke Omnya soal rencana dia untuk ikut les Biologi.”om, Anis diajak ikut les biologi disekolah bareng teman-teman Anis, boleh gak om???”. ”Lo menurut Anis itu bermanfaat, ya gak apa-apa”.ujar om Pram. Beberapa saat kemudian om Pram hanya diam membisu, dan tidak ceria dan sekocak biasanya, Annisa yang memang sejak lahir punya penyakit penasaran yang teramat besar terhadap apapun yang kelihatannya aneh(berarti Annisa sama za dengan nganggap omnya aneh, gak nyadar rupanya dia, he..he...)langsung nanya ke omnya.”om...,koq dari tadi diem aja, gy sariawan yah??or lagi sakit gigi??or gy puasa ngomong??or gy menghemat bibir(apa hubungannya coba???antara bibir n diam???hehehe)”tanya Annisa beruntun. sesaat om Pram hanya menarik nafasnya panjang, ”om dan tante Nia sebentar lagi akan pindah ke Amuntai, kebetulan perusahaan om sedang melakukan ekspansi dengan mendirikan cabang diAmuntai, dan om yang diberi kuasa untuk menjalankan perusahaan cabang yang ada diAmuntai itu”ujar om Pram panjang lebar.”lalu apa hubungannya dengan om yang diem???”ujar Annisa yang masih belum mengerti arah pembicaraan omnya.”ya itu artinya kamu gak bisa ikut om lagi, mungkin nanti Anis akan ditempatkan kerumah om Danu, memang seh rasanya berat nitipin kamu ketempat om Danu, karena Anis sendiri kan tahu om Danu tuh orangnya kayak apa!!!”ujar On Pram lagi. Annisa Cuma bisa diem, gak tahu mesti ngomong apalagi, pikirannya pun kembali menerawang mencoba mengingat2 sosok om Danu, dahulu Annisa sering denger cerita dari keluarganya kalo om Danu tuh suka sama cewek2 muda, walau beliau sudah punya istri dan anak2 yang usia nya jauh diatas Annisa.”kamu mesti yang sabar yah Nis, jangan lupa belajar!!, ingat tekad kamu untuk jadi orang sukses??, jadi apapun kendalanya kamu mesti tabah n lawan, ntar om yang bicara ke Ortu kamu bagaimana baiknya”ujar om Pram menambahkan.”ya moga2 om Danu udah g kayak dulu lagi y om??”ujar Annisa”ya moga z, tapi Anis harus tetap jaga diri n keistiqomahan Annisa sebagai cewek muslim yang punya harga diri, ok!!”ujar om Pram dengan senyum mengembang.”SEEP om Anis yang baik, he...he...”ujar Annisa berusaha tenang, walau dilubuk hatinya agak khawatir.

Sesampai dirumah, Annisa melihat tante Nia gy sibuk mengepak2 barang, “eh Annis, sudah pulang yah???”tanya tante Annisa lembut.”ya Tante, wah udah tinggal angkut z neh??”balas Annis,”akh kamu neh, masih belum, beberapa barang diperpustakaan belum selesai tante pack”ujar tante Nia,”ntar Annis bantuin beresin barangnya deh!!!”ujar Annisa tampak bersemangat”he..he...semangat banget kamu neh, kayaknya gy bahagia banget???hayo ada apa disekolah neh???”tanya tante nia penuh selidik, karena melihat ada yang lain diair muka keponakannya”akh...tante apaan seh??mau tau aza m urusan anak muda”jawab Annisa dengan muka memerah semerah buah tomat. ”Masa seh gak ada apa2??lo gak ada apa2 koq mukanya sampai merah gitu ditanyain???”tanya Tante Nia semakin semangat menggoda keponakannya, ”akh tante....udah ah!!!”ujar Annisa tanpa ada perlawanan, karena dia sebenarnya memang tengah merasa sangat bahagia mengenal sosok Ryan. ”y udah, lo g mau sekarang ntar aja ceritanya, sekarang makan dulu gih!!tante udah nyiapin dimeja makan tuh”uja tante kini lebih bijak.”y udah tante, Annis ganti baju n sholat zuhur dulu yah”ujar Annisa sambil berlalu.

Sehabis makan siang Annisa bergegas mengikuti tante Nia yang tengah asyik mengepak buku2 diperpustakaan.”sini Annisa bantuin tante”ujar Annisa menarik beberapa buku dari rak dan memasukkannya kekotak-kotak yang sudah disediakan.”Nis, Annis masih ingat sama om Danu kan???”tanya tante Nia”y tante, ingat koq, tenang aja, tante pasti khawatir m sikap om Danu kan???,insya Allah Annisa akan terus istiqomah, n lo om Danu macem2, Annisa keluarin aja jurus macan yang Annisa pelajari pas ikut keg pencak silat kemari”ujar Annisa sambil kedua tangan dalam posisi kuda2 dan kedua jari2 tangan dalam posisi siap mencakar(waduhhh waduhhh neh si Annisa semangat banget, sampai segitu na niruin jurus macannya, he..he...)”waduh...sangar betul kamu nis, cewek tapi koq hobinya beladiri, mank nya penyakit tomboy kamu belum sembuh2 yah”ujar tante Nia senyum2 lihat Annisa peragain jurus macan. Setelah selesai mengepak barang Annisa langsung menuju kamarnya n sukses tertidur dikasurnya yang empuk.

Keesokan harinya dirumah om Pram terlihat kesibukan, baik om Pram dan tante Nia ataupun Annisa, karena Om Pram n Tante Nia sudah siap2 mau pindah ke Amuntai, sedang Annisa siap2 mau pindah kerumah om Danu. Kepergian mobil Om Pram dan Tante Nia menuju Amuntai diiringi dengan tangis berderai dari Annisa. Annis sedih banget karena dia harus kehilangan Om dan Tante yang baik banget sama dia, tapi gak lama lalu Annisa dijemput sama om Danu. “Annis, yuk kita pergi ketempat om”ujar om Danu seraya menarik tangan Annisa. Annisa menarik tangannya lagi dan langsung mengikuti langkah om Danu.

BAB V: Awal…..semua cobaan……

Ya jarak antara rumah om Danu dan om Pram lumayan jauh. Rumah om Danu diPulau laut, ya kira2 sekitar 1,5 km dari rumah Om Pram. Sesampai dirumah om Danu barang-barang Annisa ditaruhnya sekenanya dikamar, dan Annisa langsung bersiap-siap berangkat sekolah. Tampak om Danu berdiri diambang kamar Annisa”mau berangkat sekolah yahh???ntar om anter deh”ujar om Danu menawarinya.”ya om, tapi bentar Annisa mau nyiapin buku pelajaran dulu”balas Annisa. Selesai nyiapin buku pelajaran Annisa bergegas keluar,”Nis, gak sarapan dulu yah??”tanya Tante Mala istri om Danu ramah, “oh...nanti aja tante disekolah, udah telat seh”ujar Annisa. Diluar rumah sudah menunggu Om Danu dengan motornya. “Annisa bisa naik motor kan???”tanya om Danu.”nanti juga mau bawa motor sendiri aja, biar gak ngerepotin om dan Tante”jawab Annisa.”nah lo gitu, biar terbisaa mending Annis aja yang bawa motor, om duduk dibelakang”ujar Om Danu. Awalnya Annisa agak aneh dan kaget dengan tawaran om Danu, kan aneh aja lo cowok dibelakang, apalagi om Danu jauh lebih tua dari Annisa. Akhirnya dengan berpikirin positif Annisa bergegas meraih motor tanpa lupa membaca basmallah sebelumnya, dan om Danu pun buru2 duduk dibelakang motor.

Tak lama berjalan om Danu tiba2 merangkul pinggang Annisa, Annisa sebenarnya agak risih tapi terpaksa dia diam saja. Dalam hati Annisa tak henti-hentinya mengucapkan istigfar dan berdoa semoga selalu dijaga oleh Allah. Untungnya jarak antar rumah om Danu dan sekolah dekat. Setelah melewati jalan sutoyo, berbelok kejalan Lambung Mangkurat, lalu lewat jembatan Merdeka dan terus saja menyusur jalan veteran. “Alhamdulillah, akhirnya sampai juga”ujar Annisa dalam hati, sepanjang jalan jantung Annisa berdenyut gak tentu, saking tegangnya melihat sikap Om Danu. “Pulangnya ntar Annisa dijemput ma K Rano yah”ujar Om Danu.”Oh y om, bilang aja sama k Rano ntar Annisa tunggu didepan gerbang ini”balas Annisa. Bergegas Annisa langsung menuju kelasnya.

Siang itu, saat pelajaran kesenian, Ibu Asmiah pengajar bidang study kesenian mengumumkan, minggu depan akan diadakan ujian nyanyi. Sontak anak-anak kelas 3B langsung ribut.”aku yakin tahun ini masuk tim paduan suara, aku udah berlatih keras, dan tahun ini harus masuk, sudah 2 tahun aku gagal masuk menjadi tim paduan suara”celetuk seorang siswa cewek yang berkulit hitam manis, setelah itu Annisa mendengar celotehan-celotehan serupa dari anak-anak kelas 3B lainnya. Annisa masih heran dengan begitu antusiasnya para siswa dengan Ujian nyanyi, karena Annisa belum tahu ujian nyanyi yang akan diadakan minggu depan sekaligus seleksi untuk memilih anggota paduan suara. Annisa hanya diam saja, pikiran2 dia melayang kemana2, Annisa masih kepikiran sama sikap om Danu tadi pagi ”ya Allah selalu jaga Annis yahh!!!”harap Annisa lagi.

“Woi....melamun aja neh!!!”ujar Alif mengagetkan Annisa,”eh kamu!!sorry g sadar lo kamu datang, ada apa mank na lif???”balas Annisa ”kekantin yuk!!udah lapar neh”ujar Alif sambil meraba2 perutnya, “yuk!!sama aku juga lapar banget, tadi pagi gak sempet sarapan seh”

Sepulang sekolah Annisa bergegas kegerbang depan, takutnya kak Rano udah jemput dia, ternyata setelah lama ditunggu, kak Rano gak muncul juga batang hidungnya.”duh mana kak Rano yah????koq lama banget???mana ntar sore mesti les lagi”ujar Annisa setengah menggerutu.”gy nunggu jemputan yah”ujar pak satpam ramah yang ternyata bernama pak Saleh.”eh iya pak”jawab Annisa kaget,”duduk aja disana, capek kalo berdiri terus, ntar lo ada yang jemput bapak bilangin juga, mank yang jemput kamu siapa??”tanya pak Saleh lagi, “kakak sepupu saya pak, dia masih SMA”jawab Annisa,”y sudah tunggu aja disana”balas pak Saleh lagi”ya udah , makasih pak”jawab Annisa sambil berlalu dan menuju kederetan bangku tak jauh dari gerbang depan. Tak lama kemudian kak Rano pun datang,”nak yang jemput kamu sudah datang!!!”ujar pak Saleh setengah berteriak kearah Annisa, Annisa pun langsung bergegas menuju gerbang depan sekolah dan menyongsong kak Rano, “makasih yah pak”ujar Annisa sambil tersenyum ramah kearah pak Saleh sesaat sebelum dia naik kemotor yang dikemudikan kak Rano.”sorry yah Nis telat, tadi nganter pacar n temen dulu tadi, gak apa2 kan???”ujar Kak Rano gak enak ati takut Annisa marah2, “akh gak apa2 koq kak, tadi juga ada temen masih disekolah yang sama2 belum dijemput, jadi ada z teman ngobrol”balas Annisa ,walaupun sebenarnya dia agak kesel. Sesampai dirumah om Danu Annisa bergegas ganti baju n sholat Zuhur, baru setelah itu Annisa makan siang n istirahat sebentar baru berangkat lagi kesekolah untuk les sore disekolah.

Dan sejak saat itulah setiap pagi Annisa selalu diantar oleh om Danu dengan Annisa yang bawa motor dan om Danu dibelakang n dijemput oleh kak Rano yang selalu telat menjemput dia. Sebenarnya Annisa mau menggerutu, tapi apa daya, ya terpaksa dia nikmati semuanya.

Akhirnya hari ujian menyanyi diadakan, Annisa melihat semua wajah temen2 dia sekelas pada tegang semua. “dari mana dulu yah yang ibu panggil???absen genap dulu gih yahh!!”ujar ibu Asmiah. Deg seketika jantung Annisa ikut2an berdegub, ya soalnya absen dia sendiri juga absen genap. Siswa yang pertama dipanggil adalah Alif. Alif pun langsung maju, lama dia gak bernyanyi, tampak mukanya sangat gugup, n akhirnya lagu syukur yang menjadi lagu wajib tes nyanyi pun meluncur dari mulut Alif, tapi berhubung dia sangat gugup, jadinya suaranya terdengar bergetar.”maaf kamu gak bisa masuk”ujar ibu Asmiah sesaat setelah Alif selesai nyanyi.”kita keabsen genap yang dibawah lagi yah”ujar ibu Asmiah”waduhh...itu kan no Absen Annis”ujar Annisa dengan muka langsung pucat, sepucat mayat hidup yang divonis gak punya keluarga (ya...pasti tuh mayat bingung banget, ntar siapa yang ngurus dia lo aus, laper, mau mandi, beol.....he..he). “wah berarti murid baru kita dunk, ayo absen berikutnya Annisa sholehah”ujar ibu Asmiah lantang. Annisa serasa ragu2 maju kedepan, lambat dia melangkahkan kakinya kedepan kelas, serasa besi ribuan kilo nyangkut dikakinya. Akhirnya Annisa udah berdiri manis didapan kelas, Annisa pun menarik nafas dalam2 dan sesaat mengambil ancang2 untuk menyanyi, walaupun dia gugup banget, tapi Annisa gak mau nilai keseniannya jelek. Gak lama lagu syukur pun mengalir dari bibir Annisa, pelan tapi pasti.

Syukur

Dari yakin ku teguh
Hati ikhlas kupenuh
Akan karunia-Mu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan kehadiratmu tuhan

Selesai menyanyi ibu Asmiah memberi aplaus buat Annisa”nah gitu dunk, nada kamu sampai, ya kamu terpilih masuk paduan suara periode tahun ini”ujar ibu Asmiah dengan muka berseri2. Seketika senyum Annisa pun langsung mengembang, diapun langsung menuju bangkunya lagi. Temen2 disekitar bangkunya pun ngucapin selamat, termasuk Alif”wuisss, kepilih neh....ye...”ujar Alif setengah menggoda, Annisa Cuma bisa tersenyum. Setelah itu satu persatu siswa lain dipanggil. Pas giliran Ryan yang maju menyanyi ternyata suaranya juga lumayan bagus dan dapat aplaus panjang dari ibu Asmiah,”wah...ternyata anak itu selain pintar, ternyata suaranya bagus juga”ucap Annisa penuh kekaguman pada sosok Ryan, semakin menjadi2 saja rasanya kekaguman Annisa pada sosok cowok yang gak sengaja dia kenal sewaktu barengan beli buku.

Waktu pun terus berganti, semakin hari semakin tumbuh subur bunga2 dikebun cinta Annisa, kadang2 rasa itu gak Cuma rasa cinta, tapi juga rasa kagum dan segan dengan sosok Ryan. Apalagi Annisa juga tahu, selain orangnya sangat “menjaga “pergaulan dengan anak perempuan, tapi dia juga pinter dalam segala bidang pelajaran terutama bahasa Inggris. Dia seakan bertingkah seperti anak kecil yang selalu ingin tahu, jikalau ada pelajaran yang tidak mengerti dan yang mengherankan Ryan sangat sering tanya dan pinjam catatan pelajaran sama Annisa. Hal ini pula yang semakin memacu semangat Annisa untuk terus belajar dan gak kalah dengan Ryan. Siang itu saat pelajaran Bahasa Inggris akan masuk, pak Usman masuk kelas terlebih dahulu, “anak-anak tim peninjau dari pusat akan datang, bapak harapkan kalian bisa berperan aktif, agar suasana kelas gak kaku, are you understand????tanya pak Usman lagi dengan senyum penuh arti(hehehe…yaiyalah, lo ketahuan pada saat bidang study beliau kelas hening kayak ada acara kematian, alamat gawat ntar bagi karier beliau di SMP 6 ini, hehehe). Akhirnya pada saat peninjau datang suasana kelas sangat ramai dengan saling tanya jawab dan diskusi, sesekali Annisa terpukau dengan Ryan yang tengah asyik berargumen dalam lafal English dengan seorang anak yang bernama Arief, sesekali terdengar Ryan bicara meninggi, dan sesekali merendah tanda persetujuan. Diakhir pelajaran, tampak peninjau memberi aplaus tanda puas dengan kegiatan belajar dikelas, tampak pak Usman pun tersenyum puas kearah siswa-siswanya.

Semakin hari perasaan suka itu tumbuh subur tanpa Annisa bisa mengontrolnya, tapi seiring waktu berlalu perbuatan tidak sopan om Danu kepada Annisa pun terus berlanjut. Misalnya seperti siang ini, Annisa dan om Danu berniat menuju kantor polisi untuk mengurus SIM annisa, tapi ternyata kantor polisi sedang tak bisa melayani pembuatan SIM, karena mereka tengah sibuk mengurus demo yang tengah gencar-gencarnya terjadi dimana-mana diwilayah Banjarmasin. Akhirnya dengan tangan hampa Annisa dan om Danu pulang, tapi dasar om Danu….bukannya langsung mengajak Annisa pulang, malah om Danu mengajak Annisa berjalan-jalan keliling kota terlebih dahulu. Dan sudah barang tentu, yang membawa motor adalah Annisa, dengan om Danu yang merangkul pinggangnya. Entah dengan hal yang bagaimana Annisa menggambarkan kehancuran hatinya, ketika seorang paman yang mestinya bisa dia jadikan suri tauladan, malah berbuat sangat kurang sopan dengannya. Sepanjang jalan pun om Danu tidak berhenti membicarakan tentang om Elo yang punya kelainan fisik ”kamu tau gak nis???”tanya om Danu. “kekeke…napa om??”tanya Annisa terbata2 menahan rasa benci, takut dan kesalnya terhadap om Danu, ”om Elo itu tau gak???seneng banget mempermainkan alat vitalnya n bla..bla..bla…”ujar om Danu panjang lebar,entah kenapa rasanya Annisa mau muntah mendengar cerita om danu, rasanya sangat tidak sopan bagi Annisa membicarakan hal yang gak pantas didengar oleh remaja seumur Annisa, akhirnya Annisa diam saja mendengar pembicaraan omnya, dalam hati dia meminta pada Allah semoga selalu dijaga dirinya dari hal-hal yang dia tidak inginkan. Ternyata apa yang dia takutkan memang terjadi. Ketika mereka hampir sampai rumah om Danu meminta hal yang sama dengan Annisa”Annisa bisa bantu om gak???”ujar om Danu dengan manja,”bantu apa om???”tanya Annisa dengan perasaan campur aduk,”bantu om “mempermainkan ‘punya’ om”ujar om Danu tanpa ekspresi, ”astagfirullah”ujar Annisa kaget, ”gak om!! Annisa gak mau”ujar Annisa sambil menjauh dan langsung masuk kerumah dan menutup pintu kamarnya rapat2. Apalagi disaat itu keadaan rumah dalam keadaan sepi, karena tante Mala sedang ke pasar membeli barang-barang keperluan toko yang beliau kelola.Tak henti-hentinya Annisa berdoa kepada Allah agar dirinya dijaga dari perbuatan2 yang tidak dia inginkan dari om Danu.

Lama Annisa hanya mengurung dirinya dikamar, perasaan dia bercampur aduk, takut, marah, kesal semuanya bercampur menjadi satu. Setelah agak lama Annisa mencoba memberanikan keluar dari kamarnya, kerena dia merasa tidak ada lagi suara om Danu diluar, ternyata diluar dugaan Annisa. Om Danu tampak duduk manis diruang tamu. “eh Annisa, kemana aja, koq lama dikamarnya??”Tanya om Danu tanpa tahu kalau Annisa ketakutan setengah mati gara-gara permintaannya tadi. Tiba-tiba saja om Danu langsung berjalan kearah Annisa dan berusaha memeluk tubuh keponakannya itu. Annisa yang kaget dengan langkah yang diambil om Danu gak sempat menghindar. Tapi Annisa terus merengsek tubuh Om Danu, dan berusaha melepaskan rangkulan tangan om Danu. Berhubung badan om Danu jauh lebih besar dari Annisa, Nisa jadi agak kepayahan melepaskan diri dari rangkulan om Danu. akhirnya dengan segenap usaha, sampai-sampai keringatnya keluar, Annisa bisa melepaskan diri dari Om Danu, dan dia langsung berlari ketoilet. Dan langsung dikuncinya pintu toilet rapat-rapat. Seketika itu, Annisa langsung menangis sesenggukan. “ya Allah!!kenapa hal ini harus Nisa alami???, kenapa om Danu tega banget sama Annisa??,apa salah Nisa???”ujar Nisa bertanya-tanya didalam tangisnya. “untung om Danu gak sempat merengut kesucianku”ujar Annisa semakin kencang menangis sampai2 seluruh tubuhnya menggigil ketakutan. Annisa gak berani keluar toilet, dia hanya diam menunggu. Kali ini dia tak mau kejadian tadi terulang lagi. Annisa harus memastikan dulu lo dirumah tante Mala atau kak Rano sudah pulang, baru dia berani keluar dari toilet.
Lama Annisa menunggu ditoilet, setelah itu, sayup-sayup dia mendengar celotehannya tante Mala.”tante Mala sudah pulang”ujar Annisa dengan wajah berbinar, dan cepat-cepat dia hapus airmata yang membanjiri kedua kelopak matanya yang mulai sembab karena terlalu lama menangis. Seketika Annisa keluar dari toilet dan langsung menemui tante mala.”bagaimana tadi??sudah bikin SIM nya??”ujar tante Mala ramah. “ehmm anu tante…be..be..lum, masih sibuk kayaknya dikepolisian tadi”ujar Annisa setengah tergagap.”oh gitu, jadi besok lagi ya diurusnya???”Tanya tante Mala lagi .”Anu..tante..ennngggak tahuuu”balas Nisa masih tergagap-gagap. “oh ya, tante mau ketoko dulu ya, mau meletakkan barang-barang yang baru tante beli, om Danu ada aja di rumah, kalau om Danu ada perlu apa-apa, tolong bantuin ya!!!”ujar tante Mala tanpa tahu kalau Annisa tengah ketakutan dengan keberadaan om Danu dirumah sekarang. Seketika secepat kilat, setelah tante Mala pergi ketokonya, saat itu pula Annisa langsung keluar rumah, dia arahkan pandangannnya kekiri dan kekanan. Annisa tengah bingung, dia mau kabur dari rumah om Danu,tapi gak tau mau kabur kemana, apalagi om Pram sekeluarga sudah gak tinggal diBanjarmasin lagi. Annisa pun tambah bingung. Untung gak lama kak Rano pulang dari sekolahnya. Annisa pun menarik nafas lega. “ngapain kamu diluar Nis???”Tanya kak Rano ramah, “eh …gak apa-apa kak, mau liat-liat suasana diluar rumah aja kak, hehehe”balas Annisa. ”Y udah lo gitu kakak masuk dulu y”ujar kak Rano sambil berlalu.

Sejak saat itu, Annisa begitu menjaga jaraknya dengan om Danu. Apalagi sejak motor dia udah dibawakan oleh papahnya ke Banjarmasin, annisa bisa dengan mudah kesana kemari tanpa harus minta tolong diantar m orang-orang dirumah om Danu. Annisa pun sekarang tampak tak seriang dulu, kini Nisa tampak lebih sering merenung dan melamun sendiri. Batinnya terasa selalu berkecamuk, kadang2 rasa ketakutan itu muncul tidak jelas.

BAB VI: Cobaan Lain Menghadang…..

Seiring dengan problemetika Annisa dirumah, disekolah tekanan mental yang tak kalah hebat juga tengah menyerang pertahanan mentalnya habis-habisan. Karena sebenarnya, keberadaan Annisa dikelas 3B sekarang ini kurang diterima sama temen2 ceweknya yang merasa kalah populer saat kehadiran Annisa yang tampaknya langsung menyedot perhatian cowok di seantero SMP 6. Dan walhasil mereka menyebut Annisa “ANGEL/BIDADARI”, hanya saja dengan konotasi yang gak enak sewaktu menyebutnya. Seperti siang itu saat pelajaran olah raga dan Annisa kebetulan menjadi yang tercepat dikelasnya, langsung saja teman-2 cewek Annisa langsung bilang”wah jadi yang tercepat tadi tuh si-bidadari”ujar mereka dengan nada bicara super jutek, Annisa yang memang sejak tadi ada disitu hanya bisa menarik nafas panjang mendengar komentar temen-teman perempuannya tentang dirinya.

Cobaan demi cobaan itu seakan tidak berhenti menghampiri Annisa, kadang-kadang dia bingung sendiri kemenakah dia harusnya mengadu, orang tuanya jarang datang kebanjarmasin, dan Annisa jarang bisa pulang kepelaihari, karena kesibukannya disekolah yang memaksa dia untuk selalu berada diBanjarmasin, sehingga hanya kepada Allah SWT seluruh keluh kesahnya dituangkan, hingga hati Annisa tetap kuat menghadapi cobaan-cobaan yang ada.

Walau cobaan beruntun datang menghampiri Annisa, tapi Allah sangat baik padanya, karena di Banjarmasin Annisa mempunyai banyak cinta yang gak akan putus dari temen2 terdekatnya, dan juga cinta yang sungguh indah yang kini telah datang dari seorang sosok yaitu Ryan.

Indah cinta itu tercipta tanpa diduga, karena entah kenapa Annisa seakan didekatkan dengan Ryan. Misalnya saja dibeberapa bidang study, Ryan dan Annisa tanpa sengaja menjadi teman satu kelompok atau duduk gak sengaja dekat karena urutan kelompoknya bersebelahan, or Ryan sering banget mengajak Annisa berdiskusi soal pelajaran, hal ini tentunya membuat taman-taman bunga cinta dihati Annisa seolah bermekaran dan kini tengah menyebarkan aroma harumnya kemana-mana memenuhi seluruh perasaan dan hati Annisa. Terkadang indah cinta yang kini tengah dirasa Annisa membuat dia terlupa sejenak dengan semua permasalahannya dengan om Danu ataupun dengan temen-teman ceweknya.

Bahkan kini Annisa merasa, indah cinta yang dirasa Annisa tidak hanya dirasa dia seorang, tapi Ryan juga sepertinya merasa hal yang sama. Hanya saja Annisa merasa tidak ingin merusak kesucian dan indahnya cinta yang ada dengan perbuatan-perbuatan yang akan merusak kesucian cinta tersebut. Walhasil Annisa hanya menyimpan sendiri perasaan cinta itu dihatinya, dan takkan dibaginya kepada siapapun, termasuk kepada Ryan sendiri.

Dan kini annisa sudah mulai merasa terbiasa dengan semua cobaan yang dia hadapi. Baik datang dari om Danu ataupun temen2 sekolahnya yang selalu merasa tidak senang dengan keberadaannya. Semua itu dikarenakan hatinya dikala sedih akan langsung berganti dengan bahagia yang datang dari indah cinta dari Ryan. Bahkan kini Annisa sudah mulai bisa akrab dengan Ryan. Obrolan mereka berdua kini juga tidak terasa janggal lagi, mereka kini sudah bisa berbicara akrab selayaknya dua sahabat.

Akhirnya penderitaan Annisa dan doa yang selalu dia panjatkan tiap malam dijawab oleh Allah. Akhirnya cobaa-cobaan yang Annisa alami sedikit demi sedikit mulai berbuah bahagia. Teman-temannya disekolah kini sudah mulai bisa menerima keberadaan Annisa sebagai murid baru, karena Annisa walau sering dibilang macam-macam oleh teman-temannya dia hanya tersenyum dan dia gak pernah segan untuk membantu teman-temannya yang mengalami kesusahan. Dan kini Annisa pun sudah tidak tinggal dengan Om Danu lagi, karena kini Annisa tinggal dengan Tante Rima, kakaknya papah Nisa, walaupun kehidupan keluarga tante Rima bukan termasuk keluarga yang kaya, tapi Annisa merasa ketenangan dan kenyamanan tinggal bersama keluarga tante Rima.

Annisa merasa sangat bersyukur dengan keadaan dia sekarang, selain karena pertolongan dari Allah SWT, Annisa juga merasa bahwa dia bisa kuat menjalani semua penderitaan ini adalah karena adanya seseorang yang membuat hatinya selalu merasa bahagia di saat dia sedih dan berduka, itu karena ada Ryan.

Dan kini Annisa sedang bersiap menghadapi Ujian Akhir kelulusan. Dan beberapa ujian PRA UAN pun mulai dia jalani, dari ujian dari pihak sekolah sampai ujian dari beberapa bimbingan belajar yang memang diminta oleh pihak sekolah untuk lebih memantapkan bekal siswa-siswanya menghadapi UAN yang sudah didepan mata. Annisa pun tengah larut dengan suasana ujian. Annisa makin mantap dengan niatnya semula untuk pindah keBanjarmasin, yaitu ingin bisa lulus dengan nilai yang terbaik dan bisa melanjutkan sekolah ke SMU favorit di Banjarmasin.

Tapi kata cinta pertanda saling cinta antara keduanya belum dan tak terucap hingga Annisa lulus SMP….., akhirnya Annisa hanya bisa menjadikan Ryan sebagai cinta pertamanya yang paling indah dan manis dan tak dapat dia lupakan. Annisa juga berharap dia bisa bertemu lagi dengan sosok Ryan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar